Perbedaan Arsitektur Monolitik dan Microservice

AHMAD ZEIN HADDAD 7 Juli 2025
Esai / Analisis
Monolith vs Microservice

Dalam pengembangan perangkat lunak, memilih arsitektur yang tepat sangat memengaruhi bagaimana sebuah aplikasi dibangun, dijalankan, dan dipelihara seiring waktu. Dua pendekatan umum yang sering dibandingkan adalah arsitektur monolitik dan arsitektur mikroservis. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya, tergantung pada kebutuhan aplikasi dan skala organisasi.

1. Apa itu Arsitektur Monolitik?

Arsitektur monolitik adalah pendekatan tradisional di mana semua komponen aplikasi — seperti antarmuka pengguna (UI), logika bisnis, dan akses data — dibangun sebagai satu kesatuan (satu basis kode dan satu file eksekusi). Artinya, seluruh aplikasi berjalan sebagai satu proses tunggal.

Kelebihan:

  • Lebih mudah dikembangkan dan dideploy pada tahap awal.
  • Cocok untuk aplikasi kecil dan tim pengembang yang kecil.
  • Tidak memerlukan manajemen layanan yang kompleks.

Kekurangan:

  • Sulit untuk melakukan skala (scaling) pada bagian tertentu; jika satu komponen memerlukan lebih banyak sumber daya, seluruh aplikasi harus diskalakan.
  • Perubahan kecil bisa memengaruhi seluruh sistem, sehingga pengujian dan deployment menjadi lebih berisiko.
  • Sulit dikelola oleh tim besar karena potensi konflik dalam pengembangan.

2. Apa itu Arsitektur Mikroservis?

Arsitektur mikroservis membagi aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang berdiri sendiri. Setiap layanan bertanggung jawab atas fungsi tertentu — misalnya layanan pengguna, layanan pembayaran, dan sebagainya — dan dapat dikembangkan, di-deploy, serta diskalakan secara independen.

Kelebihan:

  • Skalabilitas tinggi karena setiap layanan dapat diskalakan secara terpisah.
  • Tim dapat bekerja secara paralel pada layanan yang berbeda tanpa konflik.
  • Perubahan pada satu layanan tidak langsung memengaruhi layanan lainnya.

Kekurangan:

  • Kompleksitas lebih tinggi dalam hal komunikasi antar layanan, biasanya membutuhkan API atau message broker.
  • Deployment dan monitoring menjadi lebih kompleks.
  • Membutuhkan manajemen versi layanan dan integrasi yang cermat.

3. Kapan Menggunakan Monolitik atau Mikroservis?

  • Gunakan arsitektur monolitik jika Anda sedang membangun aplikasi kecil atau MVP (Minimum Viable Product) dan ingin meluncurkannya dengan cepat.
  • Gunakan arsitektur mikroservis jika Anda mengembangkan aplikasi skala besar yang membutuhkan skalabilitas tinggi, atau jika tim Anda besar dan tersebar.

Kesimpulan

Pemilihan antara arsitektur monolitik dan mikroservis tergantung pada kompleksitas aplikasi, ukuran tim, dan kebutuhan bisnis. Tidak ada pendekatan yang mutlak lebih baik — keduanya bisa saling melengkapi jika digunakan dengan tepat.

Artikel Terbaru

📚 7 Fakta Unik Mahasiswa Saat Mengerjakan Skripsi: Antara Deadline, Drama, dan Duka Lupa Backup File 😅

Jakarta, 16 Juli 2025 – Bagi mahasiswa tingkat akhir, kata “skripsi” mungkin terasa lebih menakutkan daripada ujian akhir atau bahkan dosen killer....
ANSELMUS ANWAR SITANGGANG

Menilik Makan Bergizi Gratis dalam Kacamata Data: Solusi atau Delusi

Program Makan Bergizi Gratis yang diinisiasi oleh pemerintah Prabowo, adalah bagian dari inisiatif lebih besar untuk meningkatkan kualitas gizi dan ke...
ALIEFTA ZULVANSYAH BAHYPERDANA